Jumat, 06 Mei 2016

Dibalik Ide Yakin (Masih) Mau Pacaran





            World Book Day 2016 yang jatuh pada 23 April 2016 ini merupakan kado terindah di hari lahir yang ke 23 tahun.
            Rasanya bagaimana?
            Kalau nggak senang, berarti gue nggak normal! Hahaha.
            Jelaslah, ini buku yang gue tulis sendiri, hasil ngegalau dan pemikiran sendiri. Setelah lima tahun nulis kumpulan antalogi di sana-sini, serta cerpen dan artikel yang sudah beredar di koran Banten.
            Kalau ditanya, kenapa milih nulis buku ini yang keliatannya Islam banget, gue juga nggak tahu. Hehe.
Pun untuk jenis bacaan, gue merupakan penikmat karya-karyanya Djenar Maesa Ayu yang tulisannya terkenal ‘liar.’ Bahkan dulu ketika masih kuliah, sebagian besar cerpen yang gue tulis hampir terpengaruhi gayanya Djenar atau Tere Liye dengan penuturan alur cerita yang luwes dan detail.  Terus kenapa bisa tersesat sejauh ini dan menulis non-fiksi yang islami banget?
Kalau mereka yang tahu ketika pertama kali saya nulis ini pasti langsung menjawab “Nulis beginian karena habis patah hati. Haha.” Mereka nggak salah, mereka benar.
Bagi mereka yang kenal gue selama jadi mahasiswa, mungkin teman-teman gue kebanyakan cowok, pacaran dari dulu nggak pernah yang namanya patah hati, paling banter patah hati sehari doang, besok-besok sudah lupa. Baru waktu itu saja yang hampir khilap. Sampai sakit banget dan harus keluar-masuk Rumah Sakit. *oke yang ini terlihat lebay, tapi ini benar.
Tapi untungnya gue berada di lingkungan UIN yang katanya agamais banget. Jadi sekhilap-khilapnya gue masih punya teman-teman yang baik.
Jadi waktu itu gue terinspirasi kenapa nggak gue bikin cerita saja ya, Tapi justru salah satu teman ada yang bilang,
“Nanggung, Git. Jadiin buku motivasi Islam saja. Jadi pakarnya kan lo sekarang. Lihat saja tuh bacaan-bacaan lo sekarang. Hahaha.”
Saat itulah untuk pertama kalinya otak gue mulai diracunin bacaan sejenis Felix Siauw dan saat itu gue paham kenapa Islam melarang umatnya buat pacaran. ‘Karena takut patah hati.’ dan ini patah hati ke dua setelah buku ini launching.
“Kamu kapan jatuh cintanya, sudah patah hati saja?” Haha abaikan~
Gue sadar ketika nulis ini, mereka pada bilang kalau “status” gue bakal jadi pertaruhan. Ya dulu sih gue selow-selow saja karena saat itu nggak kepikiran buat pacaran dulu. Pun kalau pun nanti jatuh cinta, akan jauh lebih hati-hati dalam menjaga hati.
Jadi seperti itulah sedikit proses kenapa buku ini bisa lahir. Bukan berarti gue sudah alim  terus nggak akan pacaran lagi. Namanya manusia, kadang suka khilap. Kalau berpikiran gue yang seperti itu, mungkin perlu kenalan lagi sama gue. Hehehe
So, Yakin (masih) mau pacaran?
Hmm… Ntar dulu ya! Hahaha

Salam,
Cilegon, 6 Mei 2015

1 komentar:

  1. Semoga Istiqomah ya...
    ya Istiqomah...Namamu Istiqomahkan...apa? bukan? oh ya Namamu Gita... hehe...

    Selamat Ya...

    (Dari kakak kelasmu...)

    BalasHapus