Senin, 26 Oktober 2015

Our Friendship Never End!

            Kali ini saya akan bercerita tentang dua manusia ajaib di hidup saya. Mereka merupakan teman, sahabat atau apalah itu. Yang pasti saya sudah berteman dengan mereka lebih dari 10 tahun.
Dari Kiri ke Kanan: Saya, Veni dan Ratna


            Yang pertama, namanya Ratna. Saya kenal dia semenjak duduk di bangku Sekolah Dasar. Kemudian Veni, kalau dengan dia, saya mengenalnya ketika di SMP. Dan mungkin sudah menjadi takdir Allah, kita dikenalkan dan di dekatkan melalui ekstra kulikuler pramuka.
           Semenjak masuk pramuka dari kelas 1 SMP, kami sudah dekat. Saat itu anggota pramuka putri lumayan banyak, namun setiap tahunnya selalu ada yang datang dan pergi. Ya buktinya sampai detik ini, anak pramuka putri di zaman SMP dulu yang sampai sekarang masih tetap eksis yang cuma kami bertiga saja. Hehehe
            Pernah suatu kami baru menginjak bangku SMA, yang menjadi pengurus di pramuka putri tingkat penegak, cuma kami bertiga. Saya sebagai ketua, Ratna sebagai sekretaris dan Veni sebagai bendahara. Ya, semenjak itulah kami jadi makin sering pergi bertiga. Meskipun untuk acara camping atau jalan-jalan jauh saya termasuk orang yang susah mendapatkan izin dari orang tua sih :D ya ujung-ujungnya saya hanya menjadi pendengar sejati saja dan mupeng liat foto-foto mereka.
***
            Jadi ceritanya, Minggu 25 Oktober 2015 kemarin kami sengaja bertemu pada acara Derap Gamalanda yang ke 7 yang diadakan oleh SMP N 3 Cilegon. Itu merupakan sebuah quality time! Karena kami sudah jarang sekali bertemu. Ya, kami baru saja lulus kuliah, Veni baru saja diterima di salah satu sekolah di Kota Cilegon. Sedangkan Ratna, dia menjadi chef di perusahaan makanan di Kota Serang. Sedangkan saya sendiri masih menjadi Staf di salah satu yayasan dosen, kadang juga jadi assistant dosen yang ngawas ketika UTS dan UAS hahaha.
            Oh iya, saya termasuk orang yang paling akhir memakai hijab diantara mereka berdua. Kalau Ratna, dia sudah memakai hijab semenjak masuk SMP, sedangkan Veni ketika masuk SMA. Kalau saya? Alhamdulillah masih dikasih hidayah ketika duduk dibangku kuliah pada semester 4 akhir :D sebelumnya saya masih pake-lepas-pake-lepas-pake-lepas-pake-lepas *gituajaterus. Maklum masih labil hehe.

Ini zaman-zaman kami ketika masih menjadi anak pramuka :D
            Ceritanya, siang itu kami lagi ngobrol-ngobrol sambil melihat kegiatan pramuka di Bumi Perkemahan Krakatau Steel. Kemudian arah pembicaraan kami melenceng mengenai sesuatu yang sangat sensitive. Apalagi kalau bukan soal jodoh. Hahaha
            “Na, kamu gimana sama si itu? Masih ngedeketin? Udah jangan ya. Sayang, kamu kan belum pernah pacaran. Jangan ngikutin gue sama Gita.”
            Ratna Cuma senyum-senyum saja. Duh pembicaraan mulai berat. Veni sudah mulai mancing-mancing rupanya.
            “Gita noh, mantannya banyak, eh taunya dapat jodoh duluan.” Ledek Veni.
            “Hush! Apaan sih, Ven.”
            “Hahaha bener kan lo. Jodoh udah di depan mata gitu.” Suara Veni mulai ngeledek.
            Ah rupanya membahas soal jodoh masih jadi trending topic untuk manusia-manusia seumuran kami. Wajar lah ya. Udah pada lulus gitu, selain mikirin kerjaan, tentunya mulai mikirin jodoh juga. Walaupun kita nggak tahu kapan jodoh itu datang, yaa apa salahnya untuk tetap mencari :D
            Kemudian obrolan berlanjut.
            “Eh nanti 5-10 tahun lagi, anak-anak kita ya yang bakal main seperti mereka.” Ucap Veni sambil melihat kanak-anak dari senior kami terdahulu.
            Waaah… pikiran bocah satu ini udah sejauh itu. Ya semoga saja, pertemanan kami bisa sampai tua nanti :D


Permata Hijau, 26 Oktober 2015

Kamis, 22 Oktober 2015

Memantaskan 5

#ta'aruf

         Langit di kampus biru mulai gelap, namun hingar bingar masih saja kutemui di setiap kaki melangkah. Entah alasan apa yang menuntunku untuk menginjakkan kaki di kampus. Padahal aku sudah tak ada kepentingan lagi, selain mengurus revisi tentunya. Namun hari ini aku tak berniat sama sekali untuk menyentuh skripsiku yang sudah jamuran.
            Siang tadi, aku bertemu dengan salah seorang teman seperjuangan yang sidangnya hanya beda tiga hari sebelum aku. Ketika mengetahui dia akan ikut wisuda 97, rasanya ada sesak di dada. Tuhan.. Mengapa aku tak bisa mendaftar pada wisuda 97. Batinku menjerit.
            “Sha, revisi sudah selesai?” Tanya Tia ketika kami berpapasan di depan ruang prodi.
            Aku hanya tersenyum masam.
            “Sha, kamu itu bisa loh ikut wisuda 97. Pepetin aja dosennya.” Timpal Fani yang saat itu juga hendak mendaftar wisuda.
            Lagi, aku masih diam tak menjawab pertanyaan mereka.
            “Sha? Jawab dong!”
            “Eh… Sorry.” Jawabku gelapan. “Nanti aja deh, gue wisuda setelah ada yang lamar gue!” Huahahaha.
            Spontan aku langsung kabur dari mereka, tanpa pamit. Bukan aku tak menghormati mereka, hanya saja… Ah sudahlah. Aku wisuda November saja setelah revisi ini benar-benar selesai.
***
            Di pertengahan Agustus, aku kembali bertemu dengan Rani. Setelah dia bercerita panjang kali lebar perihal bang Roma, dia menyerempetkan sebuah pertanyaan yang sebenarnya sudah tak ingin aku dengar.
            “Sha, kok masih betah nge-jomblo?”
            Deg! Kali ini aku yang terdiam.
            “Cari pacar lagi sih daripada ngegalau nggak karuan. Hehehe.”
            “Duh, Ran, kenapa harus bahas pacar sih? Males ih dengarnya.” Aku langsung pergi meninggalkan Rani yang heran karena sikapku.
            Entah kenapa rasanya malas sekali mendengar perihal ‘pacar’ atau ‘jodoh.’ Bisa dibilang ‘gue orang yang paling sensi kalau udah membahas dua hal tersebut.’ Yeah, selain karena trauma untuk jatuh cinta lagi, aku pun sudah tak ingin punya pacar lagi. Patah hati yang terakhir kali itu, mampu merubah 90 derajat sudut pandangku perihal cinta. Ah… cinta macam apa yang membuat orang sesakit itu?
            Dari SMP, aku telah mengenal banyak orang, baik cewek atau cowok. Semua itu aku kenal di organisasi sekolah atau kegiatan sosial yang aku lakukan di luar. Puncaknya ketika kuliah, orang-orang yang aku kenal semakin hari semakin banyak. Mereka yang datang sesaat, kemudian pergi lagi entah ke mana. Atau orang yang masih stay di sekitar kita.
            Begitu pun ketika aku resmi memasang predikat ‘High Quality Jomblo.’ Ada beberapa laki-laki yang datang silih berganti ke kehidupanku, berusaha mengambil perhatian bahkan hatiku dengan cara mereka masing-masing. Namun itu semua justru membuatku semakin muak. Rasanya saat itu ingin sekali berteriak “Berhentilah kalian merayuku!” Walau endingnya bakal ketawa juga.
            Bukan aku tak peka, bukan pula tak ingin jatuh cinta (lagi). Tapi sudah cukuplah peristiwa satu tahun yang lalu kujadikan sebagai pelajaran. Ah… Patah hati itu tak enak!
            “Sha, tunggu dong!” Teriak Rani berusaha mengejarku.
            “Apalagi? Mau ngenalin gue sama siapa lagi? Kek gue nggak laku aja.” Aku sewot, seolah mengerti akan menjurus ke mana obrolan kami.
            “Ih… Nggak gitu. Kali ini benaran deh beda. Bukan kaya cowok-cowok yang udah lu kenal.”
            Aku diam sebentar, melirik tajam ke Rani.    
            “Huahahaha sudah ah bosen dengar hal-hal yang berbau cowok dan jodoh.” Aku melanjutkan langkah kaki yang entah akan pergi ke mana.
            “Lo mau gue ta’arufin nggak?” Teriak Rani ketika aku sudah mulai menjauh darinya.
            Samar-samar aku masih mendengar apa yang keluar dari mulut Rani. Ta’aruf? Tanyaku dalam hati.
            Aku berhenti. Rani berlari kecil mengejarku.
            “Gimana, Sha? Lo mau gue ta’arufin nggak?”
            Aku diam. Tak tau harus jawab apa. Memang untuk saat ini aku memang tak ingin untuk punya pacar, hanya saja kalau untuk ta’aruf lalu menikah… Itu belum pernah terlintas dipikiranku.
            Ah Rani…

Senin, 19 Oktober 2015

Mendongeng di RSCM Part 3


            Seperti biasanya, sabtu pagi selama satu bulan sekali saya mendapatkan jadwal mendongeng di RSCM.  Sabtu kemarin saya berangkat dari Bekasi bersama Astrid, dan tiba di RSCM sekitar pukul 10.20 WIB. Lalu kami langsung menuju Gedung A, tempat di mana kami mendoneng.
            Ruangan yang berada di dekat pintu masuk kami masuki. Tak banyak anak-anak yang terjaga, mungkin karena hari mulai siang, sebagian dari mereka tengah tertidur pulas. Akhirnya saya menghampiri satu orang anak laki-laki yang sedang bermain bersama kedua orang tuanya. Namanya yusuf, umurnya sekitar satu tahun. Dia begitu merespon kedatangan kami, sampai ketika saya menawarkan 4 buah buku cerita, dia seolah ingin mengambilnya semua. Dipegangnya ke empat buku cerita tersebut, namun akhirnya ayah Yusuf memilih satu buku pemula berjudul “Di Kebun Binatang” untuk dibacakan sendiri kepada anaknya. Karena Yusuf ingin dibacakan oleh ayahnya, kami berpindah ke kamar yang lainnya.

 Ketika sedang membacakan salah satu buku kepada seorang anak perempuan 

            Di kamar ke dua, berisi anak-anak berumur 6-10 tahun. Karena mereka sudah mulai pandai membaca, dua orang anak laki-laki yang berada di kamar tersebut meminjam buku untuk dibaca sendiri. Yang pertama bernama Andriansyah (10 tahun), dia meminjam dua buku yang berjudul Franklin Tersesat dan Klub Rahasia Franklin. Sementara anak laki-laki di sebelahnya yang saya lupa namanya, dia meminjam buku Franklin Lupa Tugasnya dan Tarian Pengusir Ular. Setelah itu kami pindah ke ruangan berikutnya.
            Di kamar yang paling ujung, saya mencoba menawarkan kepada beberapa orang tua dan anak untuk dibacakan dongeng. Ada satu anak perempuan bernama Ined (6 tahun) yang ingin dibacakan sebuah buku yang berjudul “Cicit Cuit.” Saya meminta Astrid untuk membacakannya. Sementara saya memperhatikan sebentar kondisi sang anak yang sepertinya tidak focus dengan apa yang dibacakan oleh Astrid.
            Kemudian saya pindah ke ruangan yang kedua, saya menawarkan lagi kepada salah seorang anak perempuan, dia bernama Winda (9 thn). Dia minta dibacakan buku Katak Ingin bermain Sirkus.  Setelah Astrid selesai di ruangan yang ke tiga, saya pun meminta kepada tiga orang anak tadi yang meminjam buku. Kemudian masing-masing dari mereka saya beri boneka jari tikus, gelang, pensil dan kertas mewarnai beserta pensil warnanya.
            Semoga dengan kedatangan kami berdua, dapat menghibur adi-adik di RSCM.

Kamis, 01 Oktober 2015

Kelas Inspirasi Serang Part 2

            Subuh buta sekitar pukul 05.00 WIB aku, Kak Dani, Kak Wen dan Ka Rinda berangkat menuju Serang. Rasanya mata masih ingin menutup rapat, ini terlalu pagi bagiku. Tapi demi menginspirasi adik-adik di SDN Kamalaka, aku bahkan kami semua rela berangkat subuh-subuh bersamaan ibu-ibu yang mau ke pasar.
            Setibanya di Serang, kami janjian di depan ex. Pendopo Gubernur Banten untuk berkumpul terlebih dahulu. Saat itu kami bertemu dengan Babay, Rini dan Bima yang sudah sampai sebelum kami. Tak perlu pikir panjang, kami berdelapan segera mencari sarapan. Ya sebelum menginspirasi, lebih baik mengisi amunisi dulu dong biar kuat ngajarnya hehehe.
            Tak lama dari itu, kami bertemu dengan Yayu, salah satu fasilitator. Kemudian disusul oleh Pak Irwan yang jauh-jauh datang dari Bogor. Tak lama kemudian kami kedatangan Ivan yang lebih jauh datang ke Serang, dia dari Papua loh, tepatnya kerja di Pripot. Wih makin ketjeh aja kelompok kami.
            Kami segera berangkat menuju SDN Kamalaka dengan tiga mobil dan satu motor beriringan. Sekitar 15 menit kemudian kami sudah sampai di TKP. Saat pertama kali tiba, anak-anak di SDN Kamalaka begitu excited dengan kedatangan kami. Ada yang langsung betanya “Kakak, kakak dari mana?” Atau “Kakak mau ngajar ya?” Mwehehe padahal penampilan kami satu pun nggak ada yang mirip guru.    Namun sedikit kecewa, ketika kami sampai para guru belum ada di sekolah, padahal anak-anak sudah banyak yang datang.
            Namun tak lama kemudian, datanglah para guru beserta kepala sekolah. Alhamdulillah kami disambut dengan suka cita. Kepala sekolah menyuguhkan kami wejangan selama kami mengobrol perihal maksud dan tujuan kami datang ke SDN Kamalaka.
            Setelah itu dimulailah aktivitas belajar mengajar. Dimulai dari upacara yang berlangsung sekitar 30-40 menit. Saat upacara, datang lagi satu teman kami, yaitu Kak Azhar dengan pakaian lengkap tim Gegana. Wih… sontak perhatian anak murid beralih ke Kak Azhar semua. Dengan pakaian hitam-hitam, beserta atributnya seperti topi dan rompi yang beratnya MasyaAllah.. Cobain aja sendiri.
            Setelah upacara, kami berusaha mengenalkan profesi masing-masing kepada para siswa. Mereka begitu antusias ketika mendengarkan para inspirator muda memperkenalkan nama dan profesinya. Oh iya, ada satu lagi, yaitu ibu Etik dari BNN. So, bagaimana nanti mereka ketika di kelas memberikan inspirasi?

Dari kiri atas ke kanan bawah
1. Kak Ivan as Foreman Operation
2. Rini as Marketing
3. Babay as Engineer
4. Kak Wen as Analisis Kesehatan

            Next, tiga orang pertama masuk lah ke kelas untuk memberikan motivasi dan membuka wawasan anak-anak. Kelas pertama yang gw masukin untuk mendokumentasikan adalah kelasnya Kak Wen. Kak Wen ini bekerja di laboratorium salah satu Rumah Sakit di Kota Cilegon, kebayang dong pakaiannya seperti apa. Tapi justru anak-anak mengira kalau Kak Wen ini dokter. Alhamdulillah ya, naik sedikit profesinya hehe.
            Kemudian saya memasuki kelasnya Pak Irwan. Pak Irwan ini pengusaha loh, dia punya usaha sablon gitu. Nah anak-anak di kelasnya Pa Irwan diajarkan bagaimana caranya menyablon. Malah hasil sablonannya boleh di bawa pulang.
            Berikutnya kelasnya Kak Dani. Kak Dani ini kerjanya di Bank. Ketia saya masuk, terlihat Kak Dani begitu kewalahan menanggani anak-anak yang mengerubungi dirinya. Dikira Kak Dani bakal bagi-bagi uang kali ya, huahaha.
            Lalu kelasnya Bu Eti, dia ini bekerja di BNN sebagai penyuluh. Ya, taulah ya pasti di kelas dia menyuluhkan hal-hal yang berkaitan perihal narkoba.
            Terus ada Rini yang bekerja sebagai marketing di salah satu perusahaan roti di Kota Serang. Marketing ngapain? Jualan? Hihi. Ya, Kak Rini memberikan inspirasi bagaimana cara mempromosikan roti yang baik *loh
            Ada Kak Babay yang berprofesi sebagai insinyur kimia. Wih keren yaa. Dia ini sekarang sedang membangun sebuah proyek gitu. Keren nggak sih Kak Babay? Hehe. Jarang-jarang loh cewek yang bekerja keras di pabrik.
            Ada Kak Rinda, ketua kelompok 6 yang paling heboh karena ke-jomblo-annya hehe. Dia ini bekerja sebagai quality assurance di salah satu perusahaan pabrik roti, sama seperti Rini. Kerjaannya ngapin? Coba tanyakan saja pada orangnya. Hahaha
            Nah ini yang paling miris, Kak Ivan, padahal dia kerja di salah satu perusahaan terkenal di Papua sebagai Foreman Operation. Tapi malah dibilang tukang parkir. Nah apa tuh Foreman Operation? Ya pokoknya Kak Ivan ini bekerja di pertambangan yang suka meledekan-ledakkan bom. Duh, boleh sih. Asal jangan meledekkan hati Kak Rinda aja deh hehe.
            Ada yang meledekkan bom, ada juga yang menjinakkannya. Ini nih, Kak Azhar yang paling disukai anak-anak karena pakaiannya yang paling mentereng bin komplit. Kebayang kan pakaian tim gegana seperti apa? Ya gitu deh pokoknya. Dia ini bekerja sebagai penjinak Bom, loh.
            Wih ketjeh-ketjeh kan ya kakak-kakak inspiratornya? Nah ada kakak inspirator, tentu ada kakak dokumentatronya. Gue salah satunya, tapi miris ye, resiko tukang foto, tak ada fotonya. Kemudian ada Bima yang sebagai videografernya loh.

            Oke segitu dulu ya pengenalannya dari kelompok 6. Cerita dan kesan-kesan dari kakak-kakak inspiratornya menyusul…

Oh iya by the way, selain Kak Dani, Bu Eti dan Pa Irwan teman-teman di kelompok 6 ini masih pada jomblo-jomblo alias belum married loh. Terutama Kak Rinda, duh dia ngebet banget pengen dapat jodoh Hehe. So, ada yang tertarik dengan salah satu dari mereka? Hubungi orangnya masing-masing :D
 
Dari kiri atas ke kanan bawah:
 1. Pak Irwan as Pengusaha
2. Kak Dani as Banker
3. Kak Azhar as Anggota Gegana Brimod
4. Kak Rinda as QA


Salam Kelas Inspirasi
Meeeereeeeeerrrrrrrrrrrrrrrrriiiiiiiiiiiiiiiiiiiaaaaaaaaaaaaaaahhhhhhhhhhhhhhhh……………