Kamis, 24 Mei 2018

Meninggalkan Jejak di Papandayan



            Agustus 2017 yang lalu, saya dan teman-teman yang pernah mengikuti Kelas Inspirasi Lebak merencanakan untuk mengikuti Kelas Inspirasi berikutnya d kota lain. Saat itu pilihan jatuh di Kelas Inspirasi Garut.
            Motivasi kami saat itu bukan sekedar untuk mengikuti Kelas Inspirasi Garut saja, namun untuk jalan-jalan. Hehe. Dengan beberapa orang yang sudah terpilih, akhirnya kami memutuskan untuk pergi ke Papandayan setelah hari inspirasi selesai.
Papandayan, mungkin untuk sebagian orang nama tersebut sudah tidak asing lagi terdengar. Yups, Papandayan merupakan salah satu gunung yang terletak di Kabupaten Garut, Jawa Barat, tepatnya di Kecamatan Cisurupan. Dengan ketinggian kurang lebih 2665 Mdpl.
 Tim KI Holiday

Saat itu hanya sekitar enam orang saja yang akan pergi ke Papandayan. Namun semakin dekat dengan harinya, maka jumlah orang yang akan berangkat naik jadi dua kali lipat.
Sabtu, 5 Agustus 2017, tepat pukul 14.00 WIB beberapa dari kami sudah berkumpul di Alun-alun Garut. Walau dengan muka lelah setelah menginspirasi adik-adik di Sekolah Dasar, namun kami tetap semangat. Karena pada dasarnya niat ke Papandayan lebih besar daripada niat ikut Kelas Inspirasi Garut. Hahaha.
Setelah mengurus penyewaan alat-alat mulai dari tenda, sleeping bad, matras dan lain-lain, tepat pukul 16.00 WIB kami berangkat. Saat itu kami berangkat menggunakan kendaraan pribadi. Dua mobil dan satu motor. Perjalanan sore itu terasa cepat. Kurang dari dua jam kami semua sudah berkumpul di pintu masuk Papandayan.
Saat kami mengurus administrasi, kata salah satu teman, setelah Papandayan dikelola oleh swasta, tiket masuk yang semula hanya Rp. 15.000 sekarang naik menjadi Rp. 30.000 dan tiket kemping yang semula Rp. 30.000 pertenda sekarang naik menjadi Rp. 35.000 per orang. Sehingga menurut pengelola Gunung Papandayan, jumlah pendaki turun drastis mencapai 70%.
Setelah melakukan pengurusan administrasi, akhirnya kami berangkat sekitar pukul 19.00 WIB. Mendaki saat malam hari, tak semudah saat siang hari. Hari yang sudah gelap, memaksa kita untuk lebih hati-hati lagi terhadap jalan yang ditapaki. Sumber cahaya hanya senter yang kami bawa masing-masing.
Karena dari awal kami menamakan perjalanan ini dengan nama “camping ceria”, jadi kami harus membuat perjalan seceria mungkin agar perjalan tidak terasa capek dan melelahkan. Setelah melalui berbagai macam cobaan, main tebak-tebakan sepanjang jalan, berhenti sebentar dan sempat ngopi di salah satu warung, akhirnya pada pukul 22.30 WIB kami sampai di Pondok Salada. Dari awal kami sudah memutuskan camping di Pondok Salada, sebelum besok kami menuju Hutan Mati.
Menjelang larut malam suhu di Pondok Salada semakin dingin. Saat awal kami menjajakkan kaki suhu masih sekitar 14 derajat celcius. Dan pada pukul 03.00 WIB sampai pukul 05.00 WIB suhu turun drastis mencapai 4 derajat celcius. Gak usah ditanya rasanya seperti apa, cukup dibayangkan aja. Hehe.
Pondok Salada pagi menjelang subuh, mulai terlihat beberapa tenda disekeliling tenda kami berdiri dan ada beberapa toilet umum. Toilet di gunung? Iya awalnya saya juga heran, kok ada toilet di gunung, karena dulu ketika pertama kali naik gunung ke Gunung Gede Pangrango, jangankan toilet, cari air bersih aja susah. Tapi begitulah keadaan Gunung Papandayan sekarang, sehingga bisa dijadikan tempat rekreasi.

Onet mengejar sunrise



Setelah mengejar sunrise di Hutan Mati dan memasak ala-ala makanan gunung, kami memutuskan untuk kembali ke kota asal. Perjalanan pulang kami melalui Hutan Mati, track yang berbeda ketika kami datang. Sebenarnya track menuju Hutan Mati jauh lebih pendek dari pada track ke Pondok Salada. Namun karena kami mendaki saat malam hari, kami tidak diizinkan melalui track Hutan Mati. Dan track Hutan Mati memang tidak recommended untuk track naik, karena sangat terjal dan licin.
Tim Dapur
 
Akhirnya tepat pukul 13.30 WIB kami sampai juga di area parkir Gunung Papandayan .Benar-benar perjalanan yang sangat luar biasa. Teman baru, suasana baru dan pengalaman baru, hari itu kami dapatkan semuanya.
Terima kasih untuk tim Kelas Inspirasi Holiday. See you di Holiday berikutnya. (carissa)


Tulisan ini pernah di pos sebelumnya di http://koranrumahdunia.com/2017/08/20/meninggalkan-jejak-di-papandayan/



 

Selasa, 20 Juni 2017

Resensi Buku #nantikankudibataswaktu



Oleh : Inka Bella .M
Pemenang ke dua

Dalam novel ini terdapat dua cerita yang berbeda. Nah, berhubung harus memilih di antara dua cerita tersebut. Jadi Aku harus memilihnya. Sebenarnya berat kalau untuk memilih. Hhhee.. Tapi Akhirnya Aku memutuskan untuk meresensi ceritanya Kak Cariss A Ghita. Alasanya karena berada di awal, jadi sudah di baca lebih awal juga hhee... Eh tapi yang lebih tepatnya karena aku perempuan dan sedang memposisikan sebagai Sasa.
Baiklah, langsung saja ini resensi aku. 
Ø  Identitas Buku 
Judul Buku: Nantikanku Di Batas Waktu
Nama Pengarang: Cariss A Ghita
Penerbit: Dreamedia
Tahun terbit: 2017
Ø  Isi 
Ø  Sinopsis: 
Namanya Sasa. Ia telah jatuh sakit hingga akhirnya dilarikan ke Rumah Sakit, penyebabnya karena tidak bisa menjaga kesehatannya. Semenjak disakiti oleh kekasihnya yang lebih memilih perempuan lain. Dari kejadian itu akhirnya Sasa memutuskan untuk tidak mengulanginya lagi. Dia memilih hijrah dengan tidak lagi berpacaran.tentu dengan bimbingan sahabatnya Ratu dan Nadia yang selalu mengingatkannya.
Sasa juga mempunyai sahabat laki-laki bernama Adli yang hobinya menaklukan hati perempuan, tapi tak ada satupun berhasil ia taklukan. Sedangkan Sasa diam-diam memendam rasa kepada Adli karena kebaikannya. Ternyata Adli pun mempunyai rasa yang sama, suatu ketika Adli mengungkapkannya. Hati Sasa antara senang dan sedih, ia memutuskan untuk tidak menjalin hubungan yang dilarang oleh-Nya. Dan Adli pun mengerti keputusan Sasa. Hingga akhirnya persahabatan mereka tidak lagi seperti sebelumnya mereka sibuk dengan perasaan masing-masing. 
Saat Sasa dan Adli tidak saling memberi kabar, Sasa melihat Adli dengan perempuan lain di kantin kampus. Entah siapa perempuan itu, tapi itu cukup membuat hati Sasa terasa sesak dan pergi meninggalkan Kantin hingga akhinrya dia menabrak seorang dosen muda bernama, Reyhan. Dosen yang menjadi favorit mahasiswi di kampus. Sudah lama pula Sasa jatuh cinta terhadap dosen itu, tapi ia menyadari bahwa dirinya tidak pantas.
Laki-laki datang silih berganti mengusik kehidupan Sasa. Tapi Sasa hanya ingin sosok laki-laki yang serius. Rani, sahabat Sasa, ia ingin mengenalkan sosok laki-laki yang serius untuk dijadikan calon imam. Ya akhirnya  Sasa menyetujui untuk dikenalkan dengan Abdil,  tentu melalui jalan ta'aruf Sasa bertukaran CV dengan sosok laki-laki bernama Abdil. 
Dalam masa-masa taaruf, sosok Adli datang kembali dengan niat yang serius ingin mengkhitbah Sasa. Sasa merasa dilema atas apa yang terjadi pada dirinya. Adli sosok yang suka menaklukkan hati perempuan kata Nadia, sahabat sekaligus adik tingkatan di kampusnya bahwa Adli sudah berubah, dia sekarang sudah ikut organisasi Lembaga Dakwah Kampus yang terkenal dengan kumpulan orang-orang sholehnya. Dan benar saja, Sasa menemukan Adli sedang menjadi pemateri di organisasi tersebut tentang hijrahnya. Adli yang dulu hanya mau mengisi acara Stand Up Comedy di Kampus, kini berubah. 
Sasa semakin dilema, tapi dengan kehadiran sosok ibu yang penyayang, yang selalu menguatkan Sasa, menyarankan untuk menyerahkan semuanya kepada Allah melalui istikharah. Saat itu Abdil pun tidak lagi ada kabar. Begitu pun dengan Rani, hingga akhirnya Sasa memutuskan untuk menyuruh Adli datang ke rumahnya tepat ketika Abdil datang ke rumahnya juga. 
Hari yang ditunggu pun telah tiba, saat dua orang laki-laki itu akan datang ke rumahnya. Sasa masih penasaran dengan sosok Abdil yang tidak lagi memberi kabar, hingga akhirnya Sasa mendapatkan kabar bahwa Abdil tidak lagi bisa melanjutkan proses taarufnya. Karena, dia sudah menikah dengan perempuan lain. 
Di lain sisi, Adli menepati janjinya yang datang ke rumah untuk mengkhitbah Sasa dengan kedua orangtuanya dan kakanya, Kak Reyhan. Ya ternyata mereka dosen muda itu kakaknya Adli. 
Akan tetapi Adli hanya mengkhitbah dan menunda rencana pernikahannya karena dia akan pergi keluar negeri. Dia menyuruh Sasa untuk menunggunya satu tahun lagi, setelah kepulangannya dari luar negeri itu. Hati Sasa terasa sesak saat mendengar perkataan itu.
Hingga akhirnya jadilah judulnya Natukanku Di Batas Waktu... Hhee... 
Ø  Unsur intrinsik tema: romance. Di mana pada novel ini menceritakan tentang seorang perempuan yang menanti seseorang untuk menghalalkannya dengan cara terus memperbaiki diri. 
Ø  Penokohan:
Dalam novel ini yang aku tangkap setiap tokohnya baik. Namun ada yang membedakan. Seperti Sasa orangnya mudah baper,  Nadia orangnya bijak, Adli tebar pesona karena penakluk hati perempuan, menepati janjiAbdil orangnya religius, tidak sabaran, Rani orangnya ceria, Ratu orangnya tegas, Reyhan, seorang dosen yang cerdas,
Ibu yang penyayang, 
Ø  Gaya bahasa yang digunakan mudah untuk dipahami, karena gayanya seperti curhat. Jadi seolah-olah sedang membaca curhatannya penulis dan pembaca sebagai orang yang mendengarkan curhatannya.
Ø  Kelebihan novel ini adalah mempunyai pesan dakwah bagi para pembacanya. Jadi penulis mengemas alur ceritanya beserta hikmah yang bisa diambil dari setiap kejadiannya. Serta memberikan inspirasi bagi para penanti jodoh.
Ø  Kekurangan: sulit rasanya untuk mengomentari tentang kekurangannya. Karena menurutku secara isi sudah keren banget.. hhee  Hanya saja bagian lay out. Tidak rapih sehingga membuat pembaca merasa bingung. Ditambah lagi di dalam novel itu tulisan Kak Ghita muncul dua kali dan nambah bingung, saat awal membacanya. Mungkin salah di percetakan kali ya.

Selasa, 25 April 2017

Sekilas tentang Novel #NantikankudiBatasWaktu



Tulisan pertama di Blog tahun 2017 ini
Yeaaay! (kemarin-kemarin kemana aja, Gitsss?)
Oke. Kali ini saya akan mengulas sedikit tentang anak (baca: buku) ke tiga saya. Kali ini saya memilih genre semi novel islami. Kenapa saya sebut ‘semi?’ karena kalau pun saya bilang novel, rasanya kurang panjang ceritanya hihi.
Kali ini saya berpartner dengan salah satu teman, adik, di FLP Ciputat dulu. Entah atas dasar apa saya memilih dia :D
Singkat cerita, buku ini seharusnya terbit bulan Maret, tapi karena satu dan lain hal, buku ini terbit di bulan April (lagi) seminggu sebelum hari kelahiran saya #tsah. Ya, mungkin memang sudah takdirnya begitu


Judul : Nantikanku di Batas Waktu
Penerbit: Dreamedia

BLURP:
Salsabila Anugerah, gadis yang mengistimewakan dan mengutamakan (katanya) Cinta bahkan hingga sempat mengalami ja(t)uh, remuk tak berbentuk karena jejak masa lalu dan luka yang terlalu dalam.
Dia berusaha bangkit, moveUp dan moveOn dari gelapnya masa lalu. Ketika telah perlahan berhasil menuju Istiqamah utk tak terja(t)uh lagi apalagi ke lubang yang sama, saat itulah Dia memberikan cobaan-Nya, lagi dan lagi!
Mencari dan memberi bukti bahwa cintaNya selalu menemani, tiap detak dan detik. Mampukah ia mengenal diriNya dan memenangkan cinta Sang Maha cinta?
Sedangkan Rafi, yang sedang mengidap penyakit mematikan, dia meminta kakaknya, Nafi, melamar gadis pujaan hatinya yang sebelumnya sempat dia lamar diam2. Jangan kau tanya hatinya. Remuk!
Diawal, Perbedaan usia tak menjadi masalah, kekaguman nyata berlandas pada iman, mahar tahfiz yang dimintapun nyaris terpenuhi dipenghujung dan batas waktunya! Sempat berada di garis antara hidup dam kematian membuatnya perlahan mengerti, bahwa mencintai tak harus memiliki dan dimiliki. Mampukah ia belajar yang namanya ikhlas? Mampukah ia istiqomah merayuNya guna sembuhkan hati dan ragaNya?
Mampukah Sasa dan Rafi melewati semuanya? Mampuhkah mereka bersegera namun tak tergesa merayu Allah guna menyatukan cinta yang mereka damba dalam lingkaran pernikahan? Mampukah ijab dan qobul bertemu dalam akad? Mampukah mahar yang dipinta terpenuhi tanpa menjelma menjadi beban atau adakah hati yang harus tersakiti demi menciptakan kebahagiaan?
Penasaran?

So,  itu mungkin sebagian dari isi cerita yang ada dibuku #nantikankudibataswaktu

Q : “Di cover tercetaknya ko judulnya #nantikan aku?”
A : “Iya itu kesalahan yang sudah terlanjur terjadi… Maafkan.”
Q : “Kenapa milih cerita islami (lagi)?”
A : “Entah saya gak suka cerita-cerita teenlit yang mengangat tema percintaan yang… aah gitu aja pokoknya. Jadi saya mau tetap mengangkat tema “cinta” tapi dari sudut pandang yang berbeda #gaya haha.”

            Ya apapun itu, semoga setelah membaca karya saya yang masih newbie ini bisa menginspirasi para pembaca :D

Sekian,
Salam Baper *eh

Selasa, 20 Desember 2016

Manisnya Dua Kota di Jawa



Kamis (9/12) lalu, saya resmi melakukan trip terlama di perjalanan menuju Jawa. Ya, ini pertama kalinya saya melakukan perjalanan ke Jawa hanya untuk liburan tanpa ada keperluan lainnya. Tempat tujuan utama saya yaitu Purbalingga dan Purwokerto.
Setibanya di stasiun Purwokerto, saya di jemput oleh Nisa beserta orang tuanya. Mereka inilah yang akan menampung saya selama empat hari di Purwokerto.
Jum’at, saya dan Nisa berangkat menuju kota Purbalingga ba’da dhuhur. Sebelum menuju objek wisata, kami mampir di salah satu tempat makan pinggir jalan untuk menikmati soto ayam legendaris khas Purbalingga. Soto ayam ini sudah berdiri sejak 1970, loh. Bedanya dengan soto pada umumnya, dia memakai ketupat sebagai pengganti nasi, selain itu cara memasaknya pun masih menggunakan kayu bakar. Cita rasanya? Untuk yang tidak suka makanan manis, saya sarankan tetap mencobanya. Hehe. Kenapa? Karena soto ini rasanya manis sekali, seperti yang bikin tulisan ini. Hahaha.
Oke, fokus!
Setelah itu kami melanjutkan perjalanan menuju Owabong, yang terkenal dengan wahana airnya. Jauh-jauh ke Purbalingga hanya untuk bermain air saja? Eits, jangan salah paham dulu. Owabong dulunya merupakan kolam renang pribadi yang di buat oleh warga Negara Belanda loh, pada tahun 1946, yang kemudian diambil alih oleh Kwi Sing. Nah pada tahun 2004 baru dibeli oleh PEMDA kabupaten Purbalingga dan diperluas menjadi 4,8 Ha dari yang sebelumnya hanya 1 Ha saja.
Udara Purbalingga nan sejuk sangat mendukung niat saya untuk bermain air di Owabong. Harga tiket masuknya cukup murah, Rp. 23.000,- perorang, kami sudah menikmati semua wahana di Owabong. Itu pun harga weekend. Kalau hari kerja, harganya jauh lebih murah, hanya Rp. 15.000.- perorang. Murah ya? Jelas dong. Menurut cerita dari Nisa, air yang ada di Owabong ini berasal dari mata air pegunungan yang langsung dialirkan menuju kolam-kolam. Ketika saya mulai bermain air, tak tercium bau kaporit sedikit pun. Air di sini benar-benar alami. Keren banget!
Di Owabong terdapat bermacam-macam wahana air. Tentunya yang menjadi incaran saya adalah waterboom dengan ketinggian 13 meter yang merupakan waterboom tertinggi di Jawa Tengah. Saya mencoba wahana ini sendirian, Nisa tak berani melihat seluncuran yang berkelok-kelok dan panjang itu. Sensasinya? Jangan ditanya, cobain sendiri! Hehe
Selain itu terdapat juga wahana kolam Olympic dengan standar internasional, kolam sesat, pantai bebas tsunami, kolam pesta air, kolam akhir, kanal arus, kolam terapi ikan, arena gokart dan masih banyak lagi.

Keesokan harinya, kami melanjutkan perjalanan. Tempat pertama yang kami singgahi adalah Kebun Raya Baturraden. Dari pintu masuk kebun raya Baturraden, kami bertemu beberapa orang yang sedang memainkan musik asli dari Banyumas, Kenthongan. Kenthongan terbuat dari bambu atau kayu. Konon katanya kenthongan ini zaman dahulu digunakan sebagai pengingat bencana atau membangunkan orang sahur saat ramadhan. Nah, kenthongan yang saya jumpai ini dimainkan bersamaan alat musik yang lain seperti angklung, calung, suling dan bas.
Saya dan Nisa asik menikmati pemandangan nan hijau serta udara sejuk yang jarang saya dapati di tempat tinggal. Tak jauh dari pintu masuk, kami menemukan rumah pohon serta beberapa permainan seperti di Taman Kanak-kanak. Rumah pohon ini sering kali dijadikan tempat foto, bahkan ketika kami ke sana ada sepasang muda-mudi yang sedang melakukan foto pra-wedding. Duh asli di sini saya merasa baper. Hehe.
Beranjak dari Kebun Raya Baturraden, kami menuju Lokawisata Baturraden yang hanya ditempuh dalam waktu sepuluh menit menggunakan sepeda motor. Dari cerita yang saya dapat, nama Baturraden ini terdiri dari dua suku kata, Batur dan Raden. Baturraden merupakan kisah cinta antara anak perempuan bangsawan dan seorang pembantu yang dilakukan secara sembunyi-sembunyi. Ketika kisah cinta mereka ketahuan oleh Sang Adipati, maka mereka berdua diusir dan menempati sebuah tempat yang dikenal dengan sebutan Baturraden.
Long weekend kali ini, membuat kawasan Baturraden dipadati oleh pengunjung yang datang dari berbagai wilayah. Mereka datang untuk menikmati pemandangan indah dan udara pegunungan segar, sama seperti kami. Tujuan kami ke Baturraden selain menikmati udaranya yang sejuk, siapa tahu aja ketemu sama jodohnya. Hahaha. Ini bercanda!
Kami berjalan-jalan menyusuri kawasan Lokawisata Baturraden, ternyata ada beberapa wahana yang dapat dinikmati mulai dari anak-anak sampai orang dewasa. Ada juga kolam renang, air terjun, kawasan botani dan masih banyak lagi. Dari semua fasilitas yang disediakan oleh pengelola, kita cukup mengeluarkan uang sebesar Rp. 14.000.- saja untuk menikmati semua wahana yang ada di Baturraden.
Setelah itu, tujuan kami berikutnya adalah Small World atau yang biasa dikenal dengan taman miniatur dunia. Taman ini dibangun di Desa Ketenger, Kecamatan Baturradem, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah. Dari pintu masuk, kami sudah disuguhi oleh beberapa miniatur yang ada di Indonesia maupun Dunia. Di sini kami disuguhkan dengan icon-icon dari negara di Dunia. Seperti Singapura yang terkenal dengan patung merlion, Malaysia dengan menara kembarnya, Belanda dengan kincir anginnya, Indonesia dengan monasnya, Jepang dengan bunga sakura, Paris dengan menara eiffelnya dan masih banyak lagi.
Dengan kocek Rp. 15.000.- perorang, kami sudah dapat berfoto ria. Bagi kami yang belum pernah keliling dunia, Small World ini menjadi tempat hiburan tersendiri. Sensasinya berasa keliling dunia, padahal hanya melihat miniatur-miniaturnya saja. Hehe.
So, liburan singkat yang hanya empat hari cukup membuat hati saya senang. Walaupun menurut Nisa masih banyak tempat-tempat wisata di Purwokerto yang belum dikunjungi, tapi apalah daya, keesokan harinya saya harus kembali ke kehidupan nyata. “Next time lagi ya, Nis!” hehehe. See you.