Selasa, 04 Agustus 2015

Memantaskan 3



#Jodoh

            “Sha!” Tegur Rahma padaku.
            Ah… Lagi, aku tak mendengarkan cerita Rahma. Entahlah, pikiran ini semakin kacau setiap detiknya. Tak bisa membedakan mana yang harus dipikirkan dan mana yang tidak. Duh, Gusti… Maafkan hamba-Mu ini.
            Belakangan ini aku dan Rahma lagi sibuk membahas jodoh. Tak tahu siapa yang memulainya. Mungkin semakin bertambahnya umur, semakin pula kami membutuhkan sosok itu. Ah… Tapi apakah kami sudah pantas dan siap untuk bertemu dengan seseorang itu?
            “Hahaha…” Tawa Rahmah setelah mendengar ide gilaku.
            Gila. Sinting. Apapun itu. Aku yang semakin muak mendengar pertanyaan “kapan nikah” atau “sudah ada yang lamar belum, kan bentar lagi mau wisuda.” Shut up! Orang-orang yang seperti itu yang membuatku berpikir seperti ini.
            Pada dasarnya, mencari teman seumur hidup itu tak segampang mencari pacar. Jelas beda dong antara mencari pendamping hidup dan pacar. Belum tentu juga kamu yang sudah pacaran bertahun-tahun akan sampai menikah. Lain halnya dengan pendamping hidup, cara menjemput jodoh yang baik ya dengan taaruf. Jika ada kecocokan segera menikah.
            Duh jadi meleber ke mana-mana. Haha
            “Gue mau buka biro jodoh aja deh, Ma.” Bisikku yang membuat Rahma tertawa terpingkal-pingkal.
            Ide konyol itu keluar seketika melihat sahabat kecilku patah hati karena diputusin pacarnya. Kasihan dia. Pacaran lima tahun, ujung-ujungnya diputusin hanya karena pacar barunya punya mobil sedangkan sahabat kecilku itu hanya bermodalkan motor.
            “Loh kenapa? Ada yang salahkah?” Tanyaku bingung. “Niat gue kan baik. Kan kita bisa dapat pahala kalau menjodohkan orang, apalagi kalau berhasil sampai menikah.” Cengirku ke Rahmah.
            “Dasar Sableng!”
            Aku pun tak tahu mengapa bisa berpikiran seperti itu. Efek keseringan melihat mereka yang tersakiti, mungkin. Atau karena aku sendiri yang pernah tersakiti. Haha. Ah… Apapun itu, perihal menjemput jodoh tetap bukan hal yang mudah.
            Melihat berbagai fenomena manusia, tak jarang mereka menginginkan jodoh yang baik. Hmm… tapi apakah mungkin kita bisa mendapatkan wanita sholehah atau laki-laki sholeh sedangkan diri kita saja masih arrogant?
            “Tapi itu buktinya alm. Uje bisa mendapatkan hatinya mba Pipit?” Tanya Rahma perihal memantaskan diri.
            Aih iya… Seingatku sebelum bertemu mba Pipit, alm. pencandu berat narkoba, bukan? Hmm… Semuanya kembali ke niat kita. Mungkin ketika kita jatuh cinta kepada seseorang dan tahu ia adalah orang baik-baik, pasti kita akan berusaha untuk menjadi yang terbaik bagi orang itu. Bagaimana pun, kita ingin membahagiakan pasangan kita. Kelak bisa bersama-sama menuju Jannah-Nya.
            Lagi, semuanya kembali ke diri kita. Batinku.
            Tiba-tiba aku teringat pada seorang teman yang telah sukses menjalani taaruf. Ada sedikit rasa bangga ketika mereka berhasil melaksanakan proses taaruf. Bermodalkan proposal cinta, akhirnya mereka menikah. Duh… sempat iri juga dengan dia.
            Woho… Bisa-bisa otakku abis digrogoti semut hanya karena memikirkan hal yang rumit seperti ini.
            Rumit? Bentar. Sepertinya perihal jodoh tak serumit yang kubayangkan. Dari berbagai bacaan yang sudah kutelan, jodoh itu merupakan cerminan dari diri kita sendiri. Jadi kalau ingin mendapatkan jodoh yang baik, yo perbaiki diri sendiri dan pantaskan dirimu. Sudah pantaskah menjadi imam di keluarga? Atau sudah pantaskah menjadi ibu untuk mendidik anak-anak agar mereka jadi anak yang sholeh dan sholehah?
            “Terus cara mendapatkan jodoh yang benar itu bagaimana. Sha?” Tanya Rahma dengan menatapku begitu serius.
            “Muka lo serius banget! Hahaha.” Aku mencoba mencairkan suasana terlebih dahulu. “Gampang kok. Koreksi diri lo, apakah sudah pantas atau belum. Perbaiki ibadah, rajin-rajin shalat dan puasa sunah. Perbanyak sedekah. Jalin silaturahmi dan yang terakhir jelas terus berdoa agar dipermudah jodohmu.”
            “Wets. Kesurupan apa lo tiba-tiba jadi bener gini otaknya?”
            “Bukan kesurupan, tapi mungkin karena bosen liat lo jomblo terus! Hahaha” Tawaku sembari meninggalkan Rahma yang masih cemberut.
            Iya, menjemput jodoh itu bukan perkara yang rumit ko. Hanya butuh kesabaran saja. Toh kalaupun sampai sekarang masih jomblo nggak usah galau ala ABG labil segala. Mungkin Allah sedang menunggumu berubah menjadi lebih lagi. Nggak usah khawatir kalau berpikiran nggak dapat jodoh ketika ada pembagian jodoh. Hehehe. Kan jodoh sudah ditulis oleh-Nya sebelum kita dilahirkan. Kalem aja.


Ciputat, 4 Agustus 2015

2 komentar:

  1. Balasan
    1. Cieee titin
      Udh jgn cri pcr lg. Cari jdh aja 😊
      Pacaran mah cm bkib sakit hti hahaha

      Hapus