Senin, 29 Juni 2015

Mantan dan Patah Hati



Beberapa hari yang lalu saya habis membaca buku terbaru karangan Raditya Dika-Koala Kumal. Yang diceritakan oleh Raditya Dika sih banyak, cerita tentang kucing peliharaannya, keluarganya yang aneh dan lain-lain. Tapi entah kenapa cerita yang paling nyantol dihati justru tentang ‘patah hati terhebat.’
Kalau berbicara soal patah hati, pasti para jomblo teringat sosok mantan.
Yup, mantan!
Mantan… Ah mengapa harus ada sosok yang bernama mantan? Kalau mendengar kata mantan, pasti yang jomblo langsung sensi. Atau bahkan bisa mengubah mood dari yang tadinya sudah meng-amnesia-kan mantan, tiba-tiba jadi teringat lalu menangis.
Ah dasar mantan! Memang makhluk yang membuat kita galau.
Di mana ada mantan, pasti ada patah hati.
Patah hati pasti pernah dialami setiap orang. Bahkan dalam novel Koala Kumal pun diceritakan bahwa patah hati bisa mengubah sudut pandang kita tentang cinta. Separah itukah patah hati?
Ya, bisa saja dari patah hati tersebut membuat kita trauma untuk jatuh cinta. Bahkan ada yang sampai berpikiran untuk tidak pacaran lagi. Parahnya, ada yang sampai ingin bunuh diri gara-gara diputusin mantan. Pastinya sih, ada yang berubah dari diri seseorang yang jadi korban diputusin. Entah itu apa.
“Perlu berapa kali lagi diselingkuhi agar kita kuat menghadapi patah hati?” (hlm. 68) Haruskah kita diselingkuhi seribu kali agar kita kuat untuk menghadapi patah hati? Hey kamu, ini hati. Bukan permainan yang bisa dibongkar pasang begitu saja!
Diselingkuhin memang menyakitkan. Apalagi kalau kita benar-benar mencintai dia. Rasanya dunia mau kiamat ketika kita diselingkuhi atau diputusin. Tapi apakah bunuh diri merupakan solusi yang benar? Tidak. Mantan memang telah membuat kita patah hati. Namun bunuh diri bukanlah solusi yang baik.
“Setiap orang pasti mengalami patah hati yang mengubah cara pandang dia terhadap cinta seumur hidup.” (hlm. 207) Ketika seseorang mengalami patah hati, rasanya seperti ada bagian dari dirinya yang telah dicabut secara permanen dan harus bisa merelakannya. Begitupun terhadap cara pandangnya terhadap cinta.
Mungkin orang yang pernah mengalami patah hati terhebat, membuat cara pandang terhadap cinta berubah seratus delapan puluh derajat. Kita bisa jadi tidak mudah percaya dengan cinta yang datang begitu saja. Kita akan lebih hati-hati lagi terhadap perasaan sendiri. Karena kita tahu, tidak akan pernah melakukan kesalahan yang sama untuk ke dua kalinya.
Ketika kita patah hati, banyak orang yang berkata “ikhlaskan.” Mungkin terdengar begitu gampang bagi mereka yang tidak pernah mengalami patah hati. Namun untuk kita yang sedang patah hati, mengikhlaskan orang yang pernah kita sayang tidak semudah membalikkan telapak tangan.
Untuk sembuh dari patah hati, tentunya ada beberapa tahapan yang harus kita lewati. Merangkak sedikit demi sedikit hingga pada akhirnya kita bisa berdiri dan berlari. Seiring berjalannya waktu, kita harus bisa menghapus luka itu dan tentunya mengambil pelajaran dari yang lalu.
Kalaupun kita kembali dengan seseorang dari masa lalu, pasti akan ada sesuatu yang berbeda. Semuanya tidak akan pernah sama seperti dulu kamu dan mantan masih pacaran. Cinta yang telah pergi  jika kembali dia tak kan pernah sama.
Daripada balikan sama mantan, mending kita perbaikin diri sendiri. Kita bisa melakukan kegiatan yang positive. Seperti travelling, jalan-jalan sama sahabat atau bisa juga nulis di jombloo.co. Toh, seiring berjalannya waktu, kita akan dipertemukan dengan orang yang lebih baik dari mantan. “Dan aku yang sekarang nggak mau dengan kamu yang sekarang.” (hlm. 246)


*) tulisan ini pernah dimuat di jombloo.co