Beberapa hari yang lalu
saya habis membaca buku terbaru karangan Raditya Dika-Koala Kumal. Yang
diceritakan oleh Raditya Dika sih banyak, cerita tentang kucing peliharaannya,
keluarganya yang aneh dan lain-lain. Tapi entah kenapa cerita yang paling
nyantol dihati justru tentang ‘patah hati terhebat.’
Kalau berbicara soal
patah hati, pasti para jomblo teringat sosok mantan.
Yup, mantan!
Mantan… Ah mengapa
harus ada sosok yang bernama mantan? Kalau mendengar kata mantan, pasti yang jomblo
langsung sensi. Atau bahkan bisa mengubah mood
dari yang tadinya sudah meng-amnesia-kan mantan, tiba-tiba jadi teringat
lalu menangis.
Ah dasar mantan! Memang
makhluk yang membuat kita galau.
Di mana ada mantan,
pasti ada patah hati.
Patah hati pasti pernah
dialami setiap orang. Bahkan dalam novel Koala Kumal pun diceritakan bahwa
patah hati bisa mengubah sudut pandang kita tentang cinta. Separah itukah patah
hati?
Ya, bisa saja dari
patah hati tersebut membuat kita trauma untuk jatuh cinta. Bahkan ada yang
sampai berpikiran untuk tidak pacaran lagi. Parahnya, ada yang sampai ingin
bunuh diri gara-gara diputusin mantan. Pastinya sih, ada yang berubah
dari diri seseorang yang jadi korban diputusin. Entah itu apa.
“Perlu
berapa kali lagi diselingkuhi agar kita kuat menghadapi patah hati?”
(hlm. 68) Haruskah kita diselingkuhi seribu kali agar kita kuat untuk
menghadapi patah hati? Hey kamu, ini
hati. Bukan permainan yang bisa dibongkar pasang begitu saja!
Diselingkuhin memang
menyakitkan. Apalagi kalau kita benar-benar mencintai dia. Rasanya dunia mau
kiamat ketika kita diselingkuhi atau diputusin. Tapi apakah bunuh diri
merupakan solusi yang benar? Tidak. Mantan memang telah membuat kita patah
hati. Namun bunuh diri bukanlah solusi yang baik.
“Setiap
orang pasti mengalami patah hati yang mengubah cara pandang dia terhadap cinta
seumur hidup.” (hlm. 207) Ketika seseorang mengalami
patah hati, rasanya seperti ada bagian dari dirinya yang telah dicabut secara
permanen dan harus bisa merelakannya. Begitupun terhadap cara pandangnya
terhadap cinta.
Mungkin orang yang
pernah mengalami patah hati terhebat, membuat cara pandang terhadap cinta
berubah seratus delapan puluh derajat. Kita bisa jadi tidak mudah percaya dengan
cinta yang datang begitu saja. Kita akan lebih hati-hati lagi terhadap perasaan
sendiri. Karena kita tahu, tidak akan pernah melakukan kesalahan yang sama
untuk ke dua kalinya.
Ketika kita patah hati,
banyak orang yang berkata “ikhlaskan.” Mungkin terdengar begitu gampang bagi
mereka yang tidak pernah mengalami patah hati. Namun untuk kita yang sedang
patah hati, mengikhlaskan orang yang pernah kita sayang tidak semudah
membalikkan telapak tangan.
Untuk sembuh dari patah
hati, tentunya ada beberapa tahapan yang harus kita lewati. Merangkak sedikit
demi sedikit hingga pada akhirnya kita bisa berdiri dan berlari. Seiring
berjalannya waktu, kita harus bisa menghapus luka itu dan tentunya mengambil
pelajaran dari yang lalu.
Kalaupun kita kembali
dengan seseorang dari masa lalu, pasti akan ada sesuatu yang berbeda. Semuanya
tidak akan pernah sama seperti dulu kamu dan mantan masih pacaran. Cinta yang telah pergi jika kembali dia tak kan pernah sama.
Daripada balikan sama
mantan, mending kita perbaikin diri sendiri. Kita bisa melakukan kegiatan yang positive. Seperti travelling, jalan-jalan sama sahabat atau bisa juga nulis di jombloo.co. Toh, seiring berjalannya waktu, kita
akan dipertemukan dengan orang yang lebih baik dari mantan. “Dan aku yang sekarang nggak mau dengan kamu
yang sekarang.” (hlm. 246)