Senin, 15 September 2014

#Momentum78

Momentum78. Rasanya baru saja kemarin
Kita mengukir kenangan indah
Perjalanan yang penuh perjuangan menuju Desa Batujajar

Momentum78. Sungguh kau membuat hati ini bergejolak
Ketika kerinduan ini melanda
Rasanya inginku mengulang semua kenangan itu

Momentum78. Cerita demi cerita perlahan terangkai begitu indah
Sifat demi sifat satu persatu terbongkar semua
Perlahan semua kebiasaan kita terungkap satu demi satu

Momentum78. Setengah jiwa ini masih tertinggal
Terngiang gedoran-gedoran daun pintu oleh para laron
Tawa khas mereka masih terekam jelas

Momentum78. Gejolak emosi tak jarang menghantui kami
Perdebatan diantara kami membawa kami jatuh ke dasar
Ruang gelepan, hitam, sunyi dan begitu menakutkan

Momentum78. Saat ku tahu kita akan kembali ke dunia nyata
Rasanya hati ini perih dan menyakitkan
Tak akanku lihat lagi tawa khas kalian setiap harinya

Momentum78. Tetaplah seperti ini
Mengukir cerita disepanjang jalan
Katakan pada dunia bahwa pertemuan kita tak sampai disini
Kita masih akan mengukir perjalanan hidup yang lebih indah

Momentum78. Ingatkan suatu hari nanti
Jika aku lupa akan cerita ini
Ceritakan kembali pada anak cucu kita
Bahwa kita pernah bersama mengukir cerita indah

Ciputat
15-09-2014

Senin, 08 September 2014

Batujajar


Batujajar. Walau keindahan alammu mulai terkikis oleh para pengusaha-pengusaha yang bersilauan harta, namun kau masih menyisakan keindahan alam yang tersembunyi

Batujajar. Walau daerahmu gersang dan diselimuti oleh debu-debu  jalanan, namun dibalik itu kau masih punya udara yang sejuk kala subuh menjelang

Batujajar. Rasanya kami baru mengenalmu kemarin, namun mengapa perpisahan ini harus menyisakan luka yang begitu dalam

Batujajar. Kau begitu banyak menorehkan kenangan dihati kami. Kau berikan kami pengalaman hidup dan mengajarkan kami untuk bersyukur atas apa yang telah kami dapati selama ini

Batujajar. Kau telah merasuk dalam jiwa kami dan menyeret kami jauh dalam kegelapan yang membuat jiwa ini bergejolak dalam emosi

Batujajar. Aku harap kau beserta mereka di sana bisa menerima kepergian kita. Tuhan telah menuliskan scenario untuk kita masing-masing

Batujajar. Semoga tidak ada perdebatan hati yang membuat kami tersakiti lagi atas kenangan yang telah terjadi


Selamat malam
Cilegon, 8-9-2014

Minggu, 07 September 2014

Kisah Kita #KKNMomentum78

          Satu bulan sudah kita menjalani Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa Batujajar. Dari bulan Februari awalnya kita belum saling mengenal, sampai pada detik ini kita bisa bersahabat bahkan seperti menemukan keluarga baru.
            Yang awalnya kita tidak mau tinggal di Desa Batujajar, namun tadi siang saat perpisahan dengan ibu-ibu, laron dan minion dan bapak-bapak sekitar balai desa (tempat dimana kami tinggal) air mata mulai berjatuhan di setiap sudut mata mereka. Sempat gue denger salah satu ibu berbicara seperti ini “Besok mah bakalan sepi lagi ini balai. Biasanya ada anak-anak kuliah yang meramaikan balai, main sama anak-anak.”

(Foto terakhir sama ibu-ibu, bapak-bapak dan para minion Desa Batujajar)

            Ingat enggak, pas pertama kali kita datang. Mandi di kamar mandi musola di mana itu bukan cuma jadi tempat mandi aja tapi nyuci baju, nyuci piring bahkan (maaf) sempat saya melihat ada yang BAB di situ juga. Tapi tiga hari kemudian kita jadi ikut-ikutan mereka. Nyuci baju di situ, mandi juga disitu bareng-bareng (bisa dibilang urat malu kita udah putus) dan nyuci piring juga disitu. Lalu beberapa hari kemudian kita ditawarin untuk mandi di salah satu rumah warga yang udah punya MCK, bahkan tempat menginap juga ditawarin.

            Lalu saat di mana kita berkonflik dengan sesama anggota, kita berusaha menyelesaikannya secepat mungkin. Terus yang ‘katanya’ para pria tiap malam ada yang namanya CURNAS yang para cewek sampai detik ini masih kepo, apa sih isi curnas itu -,-

            (Karena ada pihak yang enggak suka pada paragraf ini saya hapus)

            Ada Husein dan Riris yang kena cinta lokasi di tempat KKN. Kebetulan gue dan Amin jadi pendengar dimana Husen ‘nembak’ Riris. Saat itu gue lagi shalat dan Amin lagi tidur. Saat Husen bilang “Ris, gw suka sama lo, gw belum pernah pacaran, lo mau gak jadi pacar gw. Gw pengen ngerasain pacaran itu gimana.” (intinya begitu). Saat itu juga rasanya gue ingin tertawa dan benar aja, Amin yang tadinya tidur langsung bangun dan tertawa. Dan gue pun abis salam langsung tertawa. Enggak tahan mendengar Husen ngomong seperti itu hehe.

            Ada ibu-ibu yang rumahnya di samping posyandu (tempat tinggal anak cowo) yang baik banget sama kita. Dari yang pertama kali kita membereskan posyandu agar layak ditinggali, dikasih ayam goring lumayan banyak (mungkin dia tau kita jarang makan ayam hehe), sampai pada saat kita selesai foto bersama di sekolah-sekolah, beliau menyiapkan lima kelapa muda (yang langsung kita kupas) beserta es kelapa, gelas dan sirup. Thank you.

            Fa’at dan Sugih, dua remaja yang rajin main ke balai desa atau basecamp kami. Bahkan Fa’at sampai mengantar kita sampai di Ciputat. Bagus dan Amin yang udah dengerin dan kasih nasihat-nasihat buat gue yang pada akhirnya putus juga.

Ada Fa’at yang sepertinya suka dengan salah seorang dari kami (enggak usah disebut, sepertinya kalian sudah tau hahah) sampai ada yang bilang “Udah, At buru mumpung masih disini orangnya.” Dan gue (lagi-lagi) mendengar omongan yang orang lain enggak tau. Intinya dia ngomong “mana mungkin sih, Teh anak SMA sama anak kulihan.”

Amin dan NK yang kalau udah bercanda dan ledek-ledekan sampai cakar-cakaran, tentu yang jadi korban, ya Amin. Bekas-bekas cakarannya baru hilang setelah dua sampai tiga hari.

            Gue yang suka bercandaan juga sama Amin tapi enggak sampai cakar-cakaran tapi bikin salah satu dari kami ada yang marah, kesel atau bête (enggak tau yang mana) karena melihat kami berdua bercanda (padahal cuma ketawa-ketawa aja). Sampai ada yang bilang kami best friend. Best friend dalam hal apa ya, hmm mungkin karena sama-sama tukang tidur atau sering gue jadiin tebengan mulu hehe

            Ada Farhah, partner bendahara yang enggak perlu pikir panjang untuk mengeluarkan uang (berbeda dengan gue yang kudu mikir dulu untuk mengeluarkan uang. ‘kalau enggak penting, enggak bakal ngeluarin uang’ begitu kata Pak Tahrir). Dia juga bisa dibilang paling dekat sama ibu-ibu disekitar tempat kami tinggal. 
(bareng Farhah di Kebun Teh, partner bendahara)

            Ada Said dan Bilkis (SAB) yang bikin kami iri ngeliat kemesraan mereka. Apalagi untuk yang cowok, yang ceweknya jauh dan tentu buat gue. Berkat Said, proker utama kami yaitu penampungan air bersih dapat berjalan dengan lancar dan sukses. Empat jempol lah buat lu, Id. Dan Bilkis, si master chef yang tiap kali dia kebagian jadwal piket masak, masakannya selalu repot tapi hasilnya paling enak.

            Dan yang paling bikin balai desa rame yaitu para laron atau minion (sebutan untuk bocah-bocah sekitar balai desa yang kadang suka bikin keributan sampai kakak-kakaknya pusing sendiri). Merekalah yang bikin balai desa kami ramai. Baru jam 05.30 udah iseng bangunin kakak-kakaknya. Padahal mereka sendiri belum mandi dan sarapan. Bahkan ketika ada anak-anak dari kampung lain untuk bimbel, mereka masih aja bikin keributan sampai mengganggu konsentrasi mereka. Kalau kami sudah kesal, kami kunci saja pintu balai desa. “Bodo amat mereka mau gedor-gedor juga, nanti juga capek sendiri.”

            Kenangan enggak cukup hanya dari foto dan memory dalam otak, maka dari itu gue nulis ini. Karena pasti suatu hari nanti, ketika kita sudah mulai lupa dengan kenangan selama satu bulan di Desa Batujajar, masih ada tulisan ini yang akan mengingatkan kita tentang semua ini.



Salam hangat
Gita F

Cilegon, 8 September 2014

12.20 am