Satu bulan sudah kita menjalani
Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa Batujajar. Dari bulan Februari awalnya kita
belum saling mengenal, sampai pada detik ini kita bisa bersahabat bahkan
seperti menemukan keluarga baru.
Yang awalnya kita tidak mau tinggal
di Desa Batujajar, namun tadi siang saat perpisahan dengan ibu-ibu, laron dan
minion dan bapak-bapak sekitar balai desa (tempat dimana kami tinggal) air mata
mulai berjatuhan di setiap sudut mata mereka. Sempat gue denger salah satu ibu
berbicara seperti ini “Besok mah bakalan sepi lagi ini balai. Biasanya ada
anak-anak kuliah yang meramaikan balai, main sama anak-anak.”
(Foto terakhir sama ibu-ibu, bapak-bapak dan para minion Desa Batujajar)
Ingat enggak, pas pertama kali kita
datang. Mandi di kamar mandi musola di mana itu bukan cuma jadi tempat mandi
aja tapi nyuci baju, nyuci piring bahkan (maaf) sempat saya melihat ada yang
BAB di situ juga. Tapi tiga hari kemudian kita jadi ikut-ikutan mereka. Nyuci
baju di situ, mandi juga disitu bareng-bareng (bisa dibilang urat malu kita
udah putus) dan nyuci piring juga disitu. Lalu beberapa hari kemudian kita
ditawarin untuk mandi di salah satu rumah warga yang udah punya MCK, bahkan
tempat menginap juga ditawarin.
Lalu saat di mana kita berkonflik
dengan sesama anggota, kita berusaha menyelesaikannya secepat mungkin. Terus
yang ‘katanya’ para pria tiap malam ada yang namanya CURNAS yang para cewek sampai
detik ini masih kepo, apa sih isi curnas itu -,-
(Karena ada pihak yang enggak suka pada paragraf ini saya hapus)
Ada Husein dan Riris yang kena cinta
lokasi di tempat KKN. Kebetulan gue dan Amin jadi pendengar dimana Husen ‘nembak’
Riris. Saat itu gue lagi shalat dan Amin lagi tidur. Saat Husen bilang “Ris, gw
suka sama lo, gw belum pernah pacaran, lo mau gak jadi pacar gw. Gw pengen
ngerasain pacaran itu gimana.” (intinya begitu). Saat itu juga rasanya gue
ingin tertawa dan benar aja, Amin yang tadinya tidur langsung bangun dan
tertawa. Dan gue pun abis salam langsung tertawa. Enggak tahan mendengar Husen
ngomong seperti itu hehe.
Ada ibu-ibu yang rumahnya di samping
posyandu (tempat tinggal anak cowo) yang baik banget sama kita. Dari yang
pertama kali kita membereskan posyandu agar layak ditinggali, dikasih ayam goring
lumayan banyak (mungkin dia tau kita jarang makan ayam hehe), sampai pada saat
kita selesai foto bersama di sekolah-sekolah, beliau menyiapkan lima kelapa
muda (yang langsung kita kupas) beserta es kelapa, gelas dan sirup. Thank you.
Fa’at dan Sugih, dua remaja yang
rajin main ke balai desa atau basecamp
kami. Bahkan Fa’at sampai mengantar kita sampai di Ciputat. Bagus dan Amin yang
udah dengerin dan kasih nasihat-nasihat buat gue yang pada akhirnya putus juga.
Ada
Fa’at yang sepertinya suka dengan salah seorang dari kami (enggak usah disebut,
sepertinya kalian sudah tau hahah) sampai ada yang bilang “Udah, At buru
mumpung masih disini orangnya.” Dan gue (lagi-lagi) mendengar omongan yang
orang lain enggak tau. Intinya dia ngomong “mana mungkin sih, Teh anak SMA sama
anak kulihan.”
Amin
dan NK yang kalau udah bercanda dan ledek-ledekan sampai cakar-cakaran, tentu
yang jadi korban, ya Amin. Bekas-bekas cakarannya baru hilang setelah dua
sampai tiga hari.
Gue yang suka bercandaan juga sama
Amin tapi enggak sampai cakar-cakaran tapi bikin salah satu dari kami ada yang
marah, kesel atau bête (enggak tau yang mana) karena melihat kami berdua
bercanda (padahal cuma ketawa-ketawa aja). Sampai ada yang bilang kami best friend. Best friend dalam hal apa
ya, hmm mungkin karena sama-sama tukang tidur atau sering gue jadiin tebengan
mulu hehe
Ada Farhah, partner bendahara yang enggak perlu pikir panjang untuk
mengeluarkan uang (berbeda dengan gue yang kudu mikir dulu untuk mengeluarkan
uang. ‘kalau enggak penting, enggak bakal ngeluarin uang’ begitu kata Pak
Tahrir). Dia juga bisa dibilang paling dekat sama ibu-ibu disekitar tempat kami
tinggal.
(bareng Farhah di Kebun Teh, partner bendahara)
Ada Said dan Bilkis (SAB) yang bikin
kami iri ngeliat kemesraan mereka. Apalagi untuk yang cowok, yang ceweknya jauh
dan tentu buat gue. Berkat Said, proker utama kami yaitu penampungan air bersih
dapat berjalan dengan lancar dan sukses. Empat jempol lah buat lu, Id. Dan Bilkis,
si master chef yang tiap kali dia
kebagian jadwal piket masak, masakannya selalu repot tapi hasilnya paling enak.
Dan yang paling bikin balai desa
rame yaitu para laron atau minion (sebutan untuk bocah-bocah sekitar balai desa
yang kadang suka bikin keributan sampai kakak-kakaknya pusing sendiri).
Merekalah yang bikin balai desa kami ramai. Baru jam 05.30 udah iseng bangunin
kakak-kakaknya. Padahal mereka sendiri belum mandi dan sarapan. Bahkan ketika
ada anak-anak dari kampung lain untuk bimbel, mereka masih aja bikin keributan
sampai mengganggu konsentrasi mereka. Kalau kami sudah kesal, kami kunci saja
pintu balai desa. “Bodo amat mereka mau gedor-gedor juga, nanti juga capek
sendiri.”
Kenangan enggak cukup hanya dari
foto dan memory dalam otak, maka dari itu gue nulis ini. Karena pasti suatu
hari nanti, ketika kita sudah mulai lupa dengan kenangan selama satu bulan di
Desa Batujajar, masih ada tulisan ini yang akan mengingatkan kita tentang semua
ini.
Salam hangat
Gita F
Cilegon,
8 September 2014
12.20
am