Malampun semakin membentangkan
selimutnya. Dengan sejuta bintang yang begitu berkilauan. Indah. Sangat indah. Mungkin
kita saat ini sedang melihat bintang yang sama, walaupun diriku tak pernah tau
apakah kau masih seperti dulu.
Entah mengapa sekarang aku jadi
menyukai “dulu.” Dulu, saat kau masih mencintaiku. Dulu, saat kau masih
tersenyum tulus untukku. Dulu, saat kau suka memberikan kejutan-kejutan yang
tak terduga untukku. Semua tentangmu dulu, aku merindukannya.
Tuhan…
Tak pantaskah aku untuk dicintainya lagi
Tak pantaskah aku untuk menjadi seorang
yang berarti untuknya lagi
Aku tahu, dirinya yang sekarang telah
berubah
Dan banyak wanita diluar sana yang
menyukainya
Sedangkan aku…
Aku masih seperti ini, dengan menyibukkan
diri
Hanya sekedar untuk tidak mengingatnya
kembali
Namun itu semua nihil dan membuat diri ini
semakin sakit
Waktu terus berputar. “Ketika
satu pohon dapat menghasilkan ribuan batang korek api, namun satu batang korek
api dapat menghancurkan jutaan pohon.
Korek api hanya mempunyai kepala saja, tanpa otak. Maka ketika ia tersulutkan,
dengan mudahnya ia membakar seisi hutan. Tapi manusia, ia memiliki kepala dan
juga otak. Maka sebaiknya jangan mudah terbakar hanya karena gesekan kecil
saja.”
Aku tahu bahkan aku sadar atas kesalahanku yang membuat
dirinya berubah seketika itu untuk berhenti mencintaiku. Aku terlalu gampang
terbakar oleh amarahku, terlalu percaya atas gesekan kecil yang ingin menghancurkan
semuanya. Tapi kejadian itu cukup menyadarkanku,
seberapa besar rasa yang kau miliki terhadapku.
Hidup
memang seperti roda yang terus berputar. Ada saatnya kita memakan dan dimakan.
Saat burung hidup, ia memakan lalat. Namun saat ia mati, ia yang dikerubungi
lalat. Begitu juga saat kau dulu belum mencintaiku, lalu kau mencintaiku dan
kembali tidak mencintaiku lagi.
Tapi
aku tak pernah menyesal pernah mengenal kau. Walaupun ada hati yang harus
terlukai, walaupun ada mimpi yang harus aku kubur dan walaupun ada kepingan
kepercayaan yang telah sirna. Namun aku masih tetap dengan perasaanku dulu. Tak
ada niatan untuk menguburnya. Meskipun sekarang aku jadi tidak mempercayai
lelaki lain setelah rasa kecewa yang sempat aku lalui...
Andai
kamu tahu sesulit apa diri ini melalui hari-hari tanpamu. Sedangkan kau disana
entah masih memperdulikanku atau tidak. Aku hanya berharap pada Sang Pencipta,
semoga kau bahagia dengan pilihanmu. Biarkan hanya aku yang menyimpan perasaan
ini, sampai ku melihat kau bersama wanita itu. Mungkin dengan begitu aku akan
sadar bahwa kau tak mencintaiku lagi, akan aku biarkan rasa ini hancur
berkeping-keping melihat kenyataan yang ada
Mungkin
suatu hari, saat kau membaca tulisanku ini, kau akan berpikiran aku lebay. Oke,
terserah. Aku memang seorang penulis, yang Cuma bisa mengungkapkan apa yang aku
rasakan lewat tulisan. Aku tak pandai berbicara masalah perasaan, apalagi semua
perasaan tentang kau.
Ciputat, 2 November 2014
3.25 PM
Tidak ada komentar:
Posting Komentar