Sabtu, 01 November 2014

Sedikit Ungkapan Hati tentang Kau...

Malampun semakin membentangkan selimutnya. Dengan sejuta bintang yang begitu berkilauan. Indah. Sangat indah. Mungkin kita saat ini sedang melihat bintang yang sama, walaupun diriku tak pernah tau apakah kau masih seperti dulu.
Entah mengapa sekarang aku jadi menyukai “dulu.” Dulu, saat kau masih mencintaiku. Dulu, saat kau masih tersenyum tulus untukku. Dulu, saat kau suka memberikan kejutan-kejutan yang tak terduga untukku. Semua tentangmu dulu, aku merindukannya.

Tuhan…
Tak pantaskah aku untuk dicintainya lagi
Tak pantaskah aku untuk menjadi seorang yang berarti untuknya lagi
Aku tahu, dirinya yang sekarang telah berubah
Dan banyak wanita diluar sana yang menyukainya
Sedangkan aku…
Aku masih seperti ini, dengan menyibukkan diri
Hanya sekedar untuk tidak mengingatnya kembali
Namun itu semua nihil dan membuat diri ini semakin sakit

            Waktu terus berputar. “Ketika satu pohon dapat menghasilkan ribuan batang korek api, namun satu batang korek api dapat menghancurkan  jutaan pohon. Korek api hanya mempunyai kepala saja, tanpa otak. Maka ketika ia tersulutkan, dengan mudahnya ia membakar seisi hutan. Tapi manusia, ia memiliki kepala dan juga otak. Maka sebaiknya jangan mudah terbakar hanya karena gesekan kecil saja.”
            Aku tahu bahkan aku sadar atas kesalahanku yang membuat dirinya berubah seketika itu untuk berhenti mencintaiku. Aku terlalu gampang terbakar oleh amarahku, terlalu percaya atas gesekan kecil yang ingin menghancurkan semuanya.  Tapi kejadian itu cukup menyadarkanku, seberapa besar rasa yang kau miliki terhadapku.
            Hidup memang seperti roda yang terus berputar. Ada saatnya kita memakan dan dimakan. Saat burung hidup, ia memakan lalat. Namun saat ia mati, ia yang dikerubungi lalat. Begitu juga saat kau dulu belum mencintaiku, lalu kau mencintaiku dan kembali tidak mencintaiku lagi.
            Tapi aku tak pernah menyesal pernah mengenal kau. Walaupun ada hati yang harus terlukai, walaupun ada mimpi yang harus aku kubur dan walaupun ada kepingan kepercayaan yang telah sirna. Namun aku masih tetap dengan perasaanku dulu. Tak ada niatan untuk menguburnya. Meskipun sekarang aku jadi tidak mempercayai lelaki lain setelah rasa kecewa yang sempat aku lalui...
            Andai kamu tahu sesulit apa diri ini melalui hari-hari tanpamu. Sedangkan kau disana entah masih memperdulikanku atau tidak. Aku hanya berharap pada Sang Pencipta, semoga kau bahagia dengan pilihanmu. Biarkan hanya aku yang menyimpan perasaan ini, sampai ku melihat kau bersama wanita itu. Mungkin dengan begitu aku akan sadar bahwa kau tak mencintaiku lagi, akan aku biarkan rasa ini hancur berkeping-keping melihat kenyataan yang ada
            Mungkin suatu hari, saat kau membaca tulisanku ini, kau akan berpikiran aku lebay. Oke, terserah. Aku memang seorang penulis, yang Cuma bisa mengungkapkan apa yang aku rasakan lewat tulisan. Aku tak pandai berbicara masalah perasaan, apalagi semua perasaan  tentang kau.

Ciputat, 2 November 2014
3.25 PM

Tidak ada komentar:

Posting Komentar