Ja(t)uh
cinta!
“Fi…”
“Ya?” Suaranya begitu datar, acuh
tak acuh mendengar ceritaku.
Seperti biasa, di setiap malam,
ketika hati mulai merasa tak nyaman, aku selalu bercerita pada Fifi, teman
sekamarku. Namun seperti biasa juga, sikapnya yang cuek dan hobinya yang suka
nonton film drama korea sampai larut malam, aku yang sudah bercerita panjang
kali lebar, tak ditanggapinya. :D
Tak melulu diacuhkan, kadang
diam-diam dia pun peduli dan sedikit berkomentar.
“Terus maunya gimana? Galau mulu…”
Duh, maaf! Terkadang kalau untuk
urusan yang satu ini, hati memang sulit untuk memilih.
“Deg-degan…” Satu kata itu yang
hanya bisa keluar dari mulut ini.
“Ah lu mah, emang sifat lu itu keukeh ya! Sudah ada beberapa laki-laki
yang datang, tapi tetap, ja(t)uhnya sama yang pertama.”
Hihi, cewek kan gitu yah. Ibarat kan
belanja, sudah naksir di toko pertama, tapi mencoba untuk mencari (lagi) di
toko yang lain, eh ujung-ujungnya balik lagi ke toko pertama :D
Tapi ini beda, bukan masalah belanja. Ini masalah ja(t)uh cinta!
Tapi ini beda, bukan masalah belanja. Ini masalah ja(t)uh cinta!
Ah… Mengapa serumit ini.
Pada dasarnya ketika kita jatuh
cinta, hanya ada dua pilihan: halalkan atau tinggalkan. Lalu mengapa harus
mempersulit diri. Kalau kamu memang jatuh cinta padanya, namun kamu belum mampu
untuk menghalalkannya, yowes tinggalin. Toh, bukti cinta yang sesungguhnya itu
cuma menikah.
Dan untuk kamu yang sudah siap,
segeralah menikah, jangan nunggu mapan. Daripada perempuan yang kamu taksir
disamber orang, hehehe.
Namun ada seorang laki-laki yang
bertanya kepada saya. Kira-kira seperti ini.
“Saya siap menikah. Menikah di KUA
lalu walimah seadanya. Ada perempuan yang sanggup seperti itu? Nggak ada!
Perempuan itu selalu ribut untuk minta nikah, tapi giliran saya bilang gitu,
nggak ada yang mau. Wajar kalau laki-laki nunggu mapan, karena menikah itu
nggak cukup dengan 30 juta!”
Tuhkaan…
Jadi gue yang kena. Haha
Intinya tuh gini “Sebaik-baiknya
wanita adalah yang tidak mempersulit prianya. Tapi sebaik-baiknya pria adalah
dia yang memberikan yang terbaik untuk wanitanya.” #UdahGituAja.
Oke
skip dulu masalah ini. Nggak mau berkomentar terlalu banyak untuk takaran
“mapan.” Karena setiap orang pasti punya persepsi yang berbeda-beda.
“Terus orang mana yang buat lu
deg-degan itu.”
“You know me lah yaa…” Aku nyengir kuda.
“Tapi
orang tuanya kayanya nggak suka sama gue deh.” Lanjutku sambil ikutan nonton
drama korea.
“Kalau
dia beneran cinta sama lo, pasti dia bakal memperjuangin lo termasuk dengan
orang tuanya. Mending lo tidur, biar galau lo ilang!”
“Siap! Haha.” Aku segera mengikuti
sarannya, rebahan, lalu tarik selimut. Waktu telah menunjukkan pukul 01:30 WIB.
Ah…
Fifi, tidurlah… Drama itu bisa dilanjutkan esok hari.
***
Mencintaimu dalam diam, dengan takaran
sewajarnya
Ketika ja(t)uh cinta pada seseorang,
cara terbaik adalah diam, menyimpan rasa ini sampai batas waktu yang belum
diketahui.
Percaya, rencana-Nya jauh lebih indah.
Kamu bisa dipertemukan, lalu dipisahkan dan akhirnya di pertemukan lagi. Dengan
perasaan yang tetap sama, namun tak sebesar dulu. Atau kamu sudah mengenalnya
cukup lama tanpa perasaan apapun, namun Dia dengan tiba-tiba memberikan rasa
itu. Ah, ternyata masih ada “the power of doa.” Masih bisa menyelipkan namanya
disetiap sujud. Entah berjodoh atau tidak, setidaknya sudah berusaha, dalam
doa. Tuhan, Jodohkan!
Simpang
Cilegon, 191215
Tidak ada komentar:
Posting Komentar