Kamis (9/12) lalu, saya resmi melakukan trip terlama di
perjalanan menuju Jawa. Ya, ini pertama kalinya saya melakukan perjalanan ke
Jawa hanya untuk liburan tanpa ada keperluan lainnya. Tempat tujuan utama saya
yaitu Purbalingga dan Purwokerto.
Setibanya di stasiun Purwokerto, saya di jemput oleh Nisa beserta orang tuanya. Mereka inilah yang akan menampung saya selama empat hari di Purwokerto.
Setibanya di stasiun Purwokerto, saya di jemput oleh Nisa beserta orang tuanya. Mereka inilah yang akan menampung saya selama empat hari di Purwokerto.
Jum’at, saya dan Nisa berangkat menuju kota Purbalingga ba’da
dhuhur. Sebelum menuju objek wisata, kami mampir di salah satu tempat makan
pinggir jalan untuk menikmati soto ayam legendaris khas Purbalingga. Soto ayam
ini sudah berdiri sejak 1970, loh. Bedanya dengan soto pada umumnya, dia
memakai ketupat sebagai pengganti nasi, selain itu cara memasaknya pun masih menggunakan
kayu bakar. Cita rasanya? Untuk yang tidak suka makanan manis, saya sarankan
tetap mencobanya. Hehe. Kenapa? Karena soto ini rasanya manis sekali, seperti
yang bikin tulisan ini. Hahaha.
Oke, fokus!
Setelah itu kami melanjutkan perjalanan menuju Owabong, yang
terkenal dengan wahana airnya. Jauh-jauh ke Purbalingga hanya untuk bermain air
saja? Eits, jangan salah paham dulu. Owabong dulunya merupakan kolam renang
pribadi yang di buat oleh warga Negara Belanda loh, pada tahun 1946, yang
kemudian diambil alih oleh Kwi Sing. Nah pada tahun 2004 baru dibeli oleh PEMDA
kabupaten Purbalingga dan diperluas menjadi 4,8 Ha dari yang sebelumnya hanya 1
Ha saja.
Udara Purbalingga nan sejuk sangat mendukung niat saya untuk
bermain air di Owabong. Harga tiket masuknya cukup murah, Rp. 23.000,-
perorang, kami sudah menikmati semua wahana di Owabong. Itu pun harga weekend.
Kalau hari kerja, harganya jauh lebih murah, hanya Rp. 15.000.- perorang. Murah
ya? Jelas dong. Menurut cerita dari Nisa, air yang ada di Owabong ini berasal
dari mata air pegunungan yang langsung dialirkan menuju kolam-kolam. Ketika
saya mulai bermain air, tak tercium bau kaporit sedikit pun. Air di sini
benar-benar alami. Keren banget!
Di Owabong terdapat bermacam-macam wahana air. Tentunya yang
menjadi incaran saya adalah waterboom dengan ketinggian 13 meter yang merupakan
waterboom tertinggi di Jawa Tengah. Saya mencoba wahana ini sendirian, Nisa tak
berani melihat seluncuran yang berkelok-kelok dan panjang itu. Sensasinya?
Jangan ditanya, cobain sendiri! Hehe
Selain itu terdapat juga wahana kolam Olympic dengan standar
internasional, kolam sesat, pantai bebas tsunami, kolam pesta air, kolam akhir,
kanal arus, kolam terapi ikan, arena gokart dan masih banyak lagi.
Keesokan harinya, kami melanjutkan perjalanan. Tempat pertama
yang kami singgahi adalah Kebun Raya Baturraden. Dari pintu masuk kebun raya
Baturraden, kami bertemu beberapa orang yang sedang memainkan musik asli dari
Banyumas, Kenthongan. Kenthongan terbuat dari bambu atau kayu. Konon katanya
kenthongan ini zaman dahulu digunakan sebagai pengingat bencana atau
membangunkan orang sahur saat ramadhan. Nah, kenthongan yang saya jumpai ini
dimainkan bersamaan alat musik yang lain seperti angklung, calung, suling dan
bas.
Saya
dan Nisa asik menikmati pemandangan nan hijau serta udara sejuk yang jarang
saya dapati di tempat tinggal. Tak jauh dari pintu masuk, kami menemukan rumah
pohon serta beberapa permainan seperti di Taman Kanak-kanak. Rumah pohon ini
sering kali dijadikan tempat foto, bahkan ketika kami ke sana ada sepasang
muda-mudi yang sedang melakukan foto pra-wedding. Duh asli di sini saya merasa
baper. Hehe.
Beranjak dari Kebun Raya Baturraden, kami menuju Lokawisata
Baturraden yang hanya ditempuh dalam waktu sepuluh menit menggunakan sepeda
motor. Dari cerita yang saya dapat, nama Baturraden ini terdiri dari dua suku
kata, Batur dan Raden. Baturraden merupakan kisah cinta antara anak perempuan
bangsawan dan seorang pembantu yang dilakukan secara sembunyi-sembunyi. Ketika
kisah cinta mereka ketahuan oleh Sang Adipati, maka mereka berdua diusir dan
menempati sebuah tempat yang dikenal dengan sebutan Baturraden.
Long
weekend kali ini, membuat kawasan Baturraden dipadati oleh pengunjung yang
datang dari berbagai wilayah. Mereka datang untuk menikmati pemandangan indah
dan udara pegunungan segar, sama seperti kami. Tujuan kami ke Baturraden selain
menikmati udaranya yang sejuk, siapa tahu aja ketemu sama jodohnya. Hahaha. Ini
bercanda!
Kami berjalan-jalan menyusuri kawasan Lokawisata Baturraden,
ternyata ada beberapa wahana yang dapat dinikmati mulai dari anak-anak sampai
orang dewasa. Ada juga kolam renang, air terjun, kawasan botani dan masih
banyak lagi. Dari semua fasilitas yang disediakan oleh pengelola, kita cukup
mengeluarkan uang sebesar Rp. 14.000.- saja untuk menikmati semua wahana yang
ada di Baturraden.
Setelah itu, tujuan kami berikutnya adalah Small World atau
yang biasa dikenal dengan taman miniatur dunia. Taman ini dibangun di Desa
Ketenger, Kecamatan Baturradem, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah. Dari pintu
masuk, kami sudah disuguhi oleh beberapa miniatur yang ada di Indonesia maupun
Dunia. Di sini kami disuguhkan dengan icon-icon dari negara di Dunia. Seperti
Singapura yang terkenal dengan patung merlion, Malaysia dengan menara
kembarnya, Belanda dengan kincir anginnya, Indonesia dengan monasnya, Jepang
dengan bunga sakura, Paris dengan menara eiffelnya dan masih banyak lagi.
Dengan kocek Rp. 15.000.- perorang, kami sudah dapat berfoto
ria. Bagi kami yang belum pernah keliling dunia, Small World ini menjadi tempat
hiburan tersendiri. Sensasinya berasa keliling dunia, padahal hanya melihat
miniatur-miniaturnya saja. Hehe.
So, liburan singkat yang hanya empat hari cukup membuat hati
saya senang. Walaupun menurut Nisa masih banyak tempat-tempat wisata di
Purwokerto yang belum dikunjungi, tapi apalah daya, keesokan harinya saya harus
kembali ke kehidupan nyata. “Next time lagi ya, Nis!” hehehe. See you.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar