Kini pada tahun 2016, Indonesia kembali menayangkan
salah satu film religius yang sudah ditunggu-tunggu oleh masyarakat. Film ini
diadaptasi dari sebuah cerpen karangan Helvy Tiana Rosa. Film KMGP bisa
dijadikan sebagai media dakwah yang mudah dicerna oleh masyarakat. Mengingat
kini banyak film-film bahkan budaya yang sudah mengikuti gaya-gaya Eropa.
Film KMGP bercerita tentang tokoh Mas Gagah yang
berusaha berjuang untuk berubah dari lingkungan yang serba modern. Sejak
ayahnya meninggal, Mas Gagah menjadi panutan di keluarganya, serta melindungi
adiknya, Gita. Dia bekerja sebagai model dan pekerja lepas untuk membantu mamanya.
Suatu hari, Mas Gagah pergi ke Ternate untuk penelitian
skripsinya. Di Ternate dia bertemu dengan Kiai Gufron, yang mengubah kehidupannya.
Sejak kepulangannya dari Ternate, Mas Gagah berubah menjadi sosok yang tenang,
religius dan rajin beribadah. Akan tetapi, perubahan Mas Gagah ini tidak
disukai oleh Gita. Gita merasa kakaknya semakin jauh, tidak seasik sebelumnya.
Bahkan saat itu juga, Mas Gagah berhenti menjadi seorang model.
Berbagai cara telah dilakukan oleh Mas Gagah untuk memberi
pengertian kepada Gita. Namun Gita tetap menolaknya. Dia tetap bersikekeh untuk
menghasut kakaknya supaya menjadi Mas Gagahnya yang dulu, yang bisa diajak
nongkrong dan kembali menjadi model. Bahkan konflik antara Mas Gagah dan Gita
sampai melibatkan mamanya yang juga tidak menginginkan kedua anaknya berantem.
Usaha Mas
Gagah untuk hijrah ternyata tidak mudah. Namun tidak berapa lama, dia
membuktikannya dengan mengabdikan diri kepada masyarakat. Bersama teman-teman
masjidnya, Mas Gagah membantu pensiunan preman untuk membangun “Rumah Cinta” di
kampung nelayan. Hal ini juga yang membuat hati mamanya terketuk untuk hijrah.
Akhirnya Gita sudah tidak tahan lagi atas perubahan
Mas Gagah. Dia sudah tidak diantar jemput lagi dan memilih naik metromini untuk
sampai di sekolah. Di metromini itulah Gita bertemu dengan Yudi, sosok yang
mirip dengan Mas Gagah. Di dalam metromini, Yudi terus berorasi untuk mengajak orang-orang
berhijrah. Awalnya Gita protes, dia mengira Yudi adalah orang suruhan Mas Gagah
untuk menghasutnya. Namun seiring berjalannya waktu, tanpa disengaja, hampir
setiap Gita naik metromini dia terus bertemu dengan Yudi. Gita mulai
bersimpati, apalagi setelah Yudi berhasil menolong Gita dari seorang pencopet
yang ingin mengambil hanphonenya. Sejak saat itu, Gita terkesan atas kebaikan
Yudi dan mulai mencari tahu tentang islam.
Sejak peristiwa itu, Gita bingung dengan apa yang
menimpa dirinya. Apalagi sejak Tika, sahabat dekatnya memakai jilbab setelah
mendengarkan saran dari Mba Nadia. Gita sempat diajak oleh Tika untuk bertemu
dengan Mba Nadia, namun Gita menolaknya. Sepulang sekolah, Gita menemui mamanya
sedang memegang jilbab, hidayah itu telah datang pada mamanya. Pada adegan ini,
menjadi adegan terakhir pada film KMGP dengan ujung cerita bersambung.
Nilai religius yang terdapat pada film ini yaitu
ketika Gita memanggil Mas Gagah dari luar kamarnya, namun Mas Gagah tidak
mejawab. Pada pintu kamarnya terdapat sebuah stiker yang bertuliskan kira-kira
seperti ini “ucapkan salam sebelum masuk.” Lalu Gita mengucapkan “Assalamualaikum.”
Kemudian Mas Gagah membuka pintu dan menjawabnya dengan “Waalaikumsalam, Dek
Manis.”
Nilai adegan berikutnya ketika Yudi berdakwah di
metromini, dimana di dalam metromini itu juga ada Gita. Dia menyampaikan bahwa “sampaikan
ilmu walau hanya satu ayat.” Atau ketika Mas Gagah mengajak Gita untuk datang
pada sebuah pernikahan bernuansa islami. Dimana tamu undangan wanita semuanya
memakai jilbab, kecuali Gita. Juga pelaminan pengantin pria dan wanita dipisah
dengan kain untuk memisahkan tamu pria dan wanita juga.
Dari beberapa nilai religius yang dipaparkan pada
film KMGP ini, membuktikkan bahwa film Indonesia kental nuansa islaminya.
Dengan begitu, penonton dapat mengambil hikmah dan pelajaran dari film KMGP
ini.
Masyarakatpun
menunggu KMGP 2, segera~
Tidak ada komentar:
Posting Komentar